Nabi samuel عليه السلام

SAMUEL

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Kondisi bani israil setelah kematian Yusya bin Nun hingga Samuel diutus sebagai Nabi

Ibnu Jarir dan lainnya menuturkan: kondisi bani israil kian kacau, petaka dan kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan kian membesar, membunuh banyak nabi. dan sebagai penggantinya Allah menguasakan raja-raja lalim pada mereka, raja-raja memperlakukan mereka secara semena-mena dan menumpahkan darah mereka, di samping Allah menguasakan musuh-musuh dari golongan luar terhadap mereka.

Bani israil sejak saat itu ibarat kambing tanpa penggembala, hingga Allah mengutus salah seorang nabi kepada mereka, namanya Samuel. mereka memintanya untuk mendirikan sebuah kerajaan agar mereka bisa memerangi musuh bersamanya.

Ibnu Jarir menuturkan: sejak kematian Yusya hingga Allah mengutus samuel terpaut rentang waktu 460 tahun.

NAMA DAN NASAB SAMUEL Ia adalah Samuel -Asmuel- bin Bali bin Alqamah bin Yarkham bin Alyahu bin Tahu bin Shauf bin Alqamah bin Mahits bin Ausha bin Azriya

PERJALANAN HIDUP SAMUEL As Suddi meriwayatkan sanadnya hingga Ibnu Abbas; saat rakyat Gaza dan Asqalan mengalahkan bani israil  hingga banyak di antara bani israil dibunuh, anak-anak mereka ditawan , kenabian dari keturunan lawi sudah tiada lagi. Tersisa ibu hamil yang berdoa agar melahirkan anak laki-laki dan akhirnya ibu itu melahirkan anak laki-laki yang kemudian diberi nama Samuel dalam bahasa Ibrani: Ismail: Allah mendengar doaku.

Setelah tumbuh besar si ibu mengirim samuel ke masjid dan menyerahkannya kepada salah seorang sholeh di sana untuk mempelajari akhlak dan ibadah. samuel tetap tinggal bersama orang itu hingga dewasa.

Pada suatu malam Samuel dihampiri Jibril AS lalu berkata; sungguh, Rabbmu mengutusmu kepada kaummu. selanjutnya terjadilah kisah dalam QS al baqarah : 246 -251

أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِن بَنِي إِسْرَائِيلَ مِن بَعْدِ مُوسَىٰ إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَّهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُّقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِن كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلَّا تُقَاتِلُوا ۖ قَالُوا وَمَا لَنَا أَلَّا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِن دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا ۖ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ

“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: “Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi mereka menjawab: “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang”. Mereka menjawab: “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah: 246).

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَن يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”. Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (QS. Al-Baqarah: 247).

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَن يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِّمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَىٰ وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلَائِكَةُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Rabbmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah: 248).

فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُم بِنَهَرٍ فَمَن شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَن لَّمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ ۚ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ ۚ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ ۚ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو اللَّهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku”. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya”. Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah: 249).

وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: “Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”. (QS. Al-Baqarah: 250).

فَهَزَمُوهُم بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُودُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ

Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. (QS. Al-Baqarah: 251).

Mayoritas mufassir menyebutkan, nabi kaum yang dimaksud dalam kisah ini adalah Samuel.

Intinya kala bani israil kalah dalam peperangan dan dikuasai musuh, mereka memohon kepada Allah pada masa itu agar ada seorang raja diangkat untuk mereka, mereka akan taat padanya untuk berperang bersamanya melawan musuh. Nabi tersebut kemudian berkata kepada mereka; Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang”. Mereka menjawab: “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari anak-anak kami?” mereka mengatakan: kami telah diperangi dan dipisahkan dari anak- anak kami. Maka patut bagi kami untuk berperang demi membela anak- anak kami yang kalah dan tertindas. Dimana sebagian diantaranya ditawan.

Allah berfirman ; Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang zalim.

Seperti disebutkan di bagian akhir kisah hanya sebagian kecil saja yg menyeberangi sungai bersama sang raja sisanya kembali dan mundur dari peperangan.

THALUT DIANGKAT MENJADI RAJA

Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”.

Tsa’labi mengatakan ia adalah Thalut bin Qais bin Afyal bin Sharu bin Tahrut bin Unais bin Benjamin bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.

“Ikrimah dan As Suddi mengatakan: ia berprofesi sebagai tukang pembuat minuman. Wahab bin Munabih mengatakan: ia berprofesi sebagai tukang samak. Yang lain berpendapat: bahwa ia petani”.

Karena itu mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?”.

Mereka menyatakan bahwa kenabian ada di garis keturunan Lawi sedangkam raja ada di garis keturunan Yahudza.

Namun raja yang diutus dari garis keturunan Benjamin, mereka menjauh dan mencela kepemimpinannya dengan mengatakan kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya. Mereka menyebutnya fakir dan tidak memiliki kekayaan yang banyak lantas bagaimana orang seperti itu menjadi raja,????.

Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”.

Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah berhak memutuskan segala sesuatu, menciptakan dan memerintah adalah urusan Allah.

Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Rabbmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.”

Ini salah satu berkah orang shaleh ini. Allah mengembalikan peti yang dirampas pihak musuh dan mereka meraih kemenangan terhadap para musuh karenanya.

“Yang di dalamnya terdapat ketenangan” yakni ada yang menyebut baskom dari emas, di baskom ini dada para nabi dibersihkan. ada yang menyebut ketenangan seperti angin ribut

“Dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun” yakni ada yang menyatakan di dalamnya ada remukan lembaran-lembaran dan sedikit makanan ‘Manna’ yang pernah turun untuk bani israil selama masa bingung tak tentu arah.

“Yang di bawa malaikat” yaitu di datangkan dan dibawa oleh para malaikat dan kalian melihatnya secara langsung sebagai salah satu tanda kebesaran Allah bagi orang yang beriman.

THALUT MENGUJI KESETIAAN PASUKANNYA

“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku”.

Ibnu Abbas dan sebagian besar mufassir menyebutkan: sungai yang dimaksud adalah sebuah sungai Urdun yang disebut sungai Syariat. Di sungai inilah kisah thalut dan pasukannya terjadi kala nabi Allah menyampaikan perintah Allah kepada mereka termasuk nabi dawud sebagai ujian. “siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku”.

Allah ta’ala berfirman ; “Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka.”

Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari Israil, Zuhair, dan Ats Tsauri dari Abu Ishaq dari Barra bin Azib ia berkata; kami, para sahabat Muhammad saw saling membicarakan bahwa jumlah pasukan badar sama seperti pasukan thalut yang ikut menyeberangi sungai bersamanya .yang ikut menyeberangi sungai hanya tiga ratus sekian mukmin.”

Allah berfirman ; “Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya” yaitu mereka menganggap jumlah mereka terlalu kecil dan lemah untuk melawan musuh, mengingat besarnya jumlah musuh.

“Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. para pemberani, para pemilik iman yg kokoh, keyakinan kuat dan kesabaran mendorong mereka untuk teguh dlm berperang

DOA PASUKAN THALUT SAAT MENGHADAPI MUSUH

“Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: “Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”.

Mereka memohon kesabaran agar hati mereka tenteram dan tidak goyah, juga agar pendirian mereka teguh dalam peperangan(keteguhan lahir dan batin)  serta memohon kemenangan atas musuh- musuh Allah.

Allah yang Maha Kuasa mengabulkan permohonan dan permintaan mereka.

Allah berfirman, “Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah” yaitu dengan daya,kekuatan dan pertolongan Allah bukan karena kekuatan, senjata dan jumlah mereka .

DAWUD BERHASIL MEMBUNUH JALUT

Firman ALLAH , “dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.” ini menunjukan keberanian dawud. ia membunuh raja jalut hingga membuat pasukannya runtuh. karena kemenangan ini pasukan thalut meraih banyak sekali rampasan perang.

As Suddi menyebutkan dalam riwayatnya. Dawud adalah anak bungsu. Mereka 13 bersaudara. semuanya lelaki. Dawud mendengar thalut, raja israil, berkata kala mendorong bani israil untuk membunuh jalut dan pasukannya, ” siapa yang bisa membunuh jalut akan kunikahkan dengan putriku dan aku sertakan ia dalam kekuasaanku”.

Dawud memiliki keahlian melontarkan batu besar dengan kencang. Saat berada dalam perjalanan bersama bani israil, ada sebongkah batu memanggil- manggil dawud, ” bawalah aku, karena dengan aku, kau akan membunuh jalut. Dawud lalu mengambil batu itu. Setelah mengambi batu itu kemudian ia mengambil dua batu yang lain yang ia letakkan di dalam kantong.

Saat 2 kubu saling berhadapan. Jalut maju lalu menantang berduel. Dawud maju menghampiri. Lalu Jalut berkata padanya, “mundur!” aku tidak mau membunuhmu . Dawud kemudian mengambil 3 bongkahan batu itu lalu ia letakkan dalam pelontar. Ia tarik lalu ia lesatkan secara serentak ka arah Jalut hingga kepala Jalut pecah. akhirnya pasukan Jalut melarikan diri. Thalut memenuhi janjinya. Ia nikahkan Dawud dengan putrinya dan ia diberi wewenang dan ia menjalankan wewenang itu dengan baik.

Dawud semakin dihormati di kalangan bani israil . Mereka lebih mencintainya daripada Thalut. Mereka menyebutkan Thalut iri pada Dawud dan bermaksud membunuhnya maka Thalut melancarkan rencana licik tapi tidak berhasil dan ulama melarang Thalut membunuh Dawud, namun Thalut tidak memperdulikan nasihat itu.

Thalut menyerang dan membunuh pasukan Dawud yang hanya menyisakan sedkit di antara mereka. Namun setelah itu Thalut bertaubat, menyesal, dan melepaskan diri dari kesalahan yang pernah ia lakukan. Ia sering menangis, keluar menuju pemakaman, lalu ia menangis di sana hingga air matanya membasahi tanah.

Suatu ketika, ada suara memanggil- manggil dari dalam kubur, “wahai thalut!” kau telah membunuh kami saat kami masih hidup, dan kau masih saja menyakiti kami setelah kami mati. Kata- kata itu kian membuatnya semakin sedih. dan semakin merasa takut. Setelah itu ia bertanya-tanya adakah seorang alim? agar ia bisa menanyakan tentang permasalahan yang ia hadapi, apakah ia masih bisa bertobat. Lalu dikatakan kepadanya ” memangnya kamu masih menyisakan seorang alim pun? hingga pada akhirnya ia di tunjukan pada salah seorang wanita ahli ibadah. Wanita itu kemudian membawa thalut pergi ke makam Yusya’ bin Nun.

Para ahli tafsir menyebutkan: wanita tersebut kemudian berdoa kepada Allah SWT. dan Yusya bangkit dari kubur lalu Yusya’ bertanya. “apa sudah kiamat?” wanita itu menjawab ‘tidak’ tapi Thalut ingin bertanya kepadamu. Apakah ia masih bisa bertobat? Yusya’ menjawab, ‘ya’. Ia harus melepaskan diri dari kekuasaan. Lalu pergi berperang di jalan Allah hingga terbunuh. Setelah itu Yusya’ mati kembali.

NABI DAWUD MEMIMPIN KERAJAAN

Thalut kemudian menyerahkan kekuasaan kepada dawud. kemudian bersama 13 anaknya,  Thalut berperang di jalan Allah hingga mereka terbunuh. itulah firman Allah swt.

…….kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. …… (QS. Al-Baqarah: 251)

Muhammad bin Ishaq mengatakan, “Nabi yang dibangkitkan dari kubur lalu memberitahukan kepada Thalut bahwa ia masih bisa bertobat adalah Ilyasa bin Akhtub. pendapat ini juga dituturkan Ibnu Jarir.

Ada yang berpendapat Thalut bermimpi bertemu nabi Samuel lalu nabi Samuel mencela atas apa yang di lakukan Thalut. Karena menghidupkan orang mati adalah mukjizat seorang nabi sedangkan wanita itu bukan nabi.

Ibnu Jarir menyatakan ” para pemilik kitab taurat menyatakan, rentang waktu antara thalut berkuasa hingga terbunuh bersama anak- anaknya adalah selama 40 tahun. Wallahu a’lam

Semoga bermanfaat

Leave a comment