SENI TADABBUR AL- QUR’AN (BAGIAN 4)

mutiara ramadhan

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

(Muhib Al-Majdi – Kamis, 24 Ramadhan 1434 H / 1 Agustus 2013)

Dalam bukunya Fannu Tadabburi fi al-Qur’an al-Karim Syaikh Isham bin Shalih al-Uwayyid menjelaskan bahwa langkah kedua untuk tadabbur Al-Qur’an adalah memahami sepenuhnya bahwa wahyu Al-Qur’an pada dasarnya ditujukan kepada hati kita. Perintah-perintah, larangan-larangan, dan kisah-kisah di dalam Al-Qur’an pertama dan terutama sekali ditujukan kepada hati kita. Hati kita adalah sasaran pertama dan utama dari firman Allah dalam Al-Qur’an.

Ada banyak dalil syar’i yang membuktikan bahwa wahyu Al-Qur’an pada pokoknya ditujukan kepada hati kita.

Pertama, Al-Qur’an pertama kali diturunkan ke dalam hati.

Kedua, Allah Ta’ala mengulang-ulang penyebutan lafal “hati” di dalam Al-Qur’an, dan Allah melabeli hati dengan sifat-sifat yang demikian banyak, yang tidak pernah dilabelkan kepada anggota-anggota tubuh lainnya.

Sifat-sifat yang Allah lekatkan kepada “hati” jauh lebih banyak dari sifat-sifat yang Allah lekatkan terhadap anggota tubuh yang lain. Di antara sifat-sifat yang dilekatkan kepada “hati” tersebut terdapat sifat-sifat kebajikan dan terdapat pula sifat-sifat keburukan. Hal itu mengisyaratkan bahwa hati kita memiliki kecenderungan dan potensi untuk melakukan kebaikan maupun keburukan.

Di antara sifat-sifat kebaikan yang Allah Ta’ala lekatkan kepada “hati” manusia adalah:

1. Takwa.

Allah Ta’ala berfirman:

ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

Demikian [Allah memerintahkan kalian beribadah kepada-Nya semata] dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah niscaya hal itu merupakan wujud dari ketakwaan hati. (QS. Al-Hajj [22]: 32)

2. Khusyu’.

Allah Ta’ala berfirman:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ

“Belum tibakah saatnya bagi orang-orang yang beriman untuk khusyu’ hati mereka karena dzikir [mengingat dan menyebut nama] Allah dan kebenaran [Al-Qur’an] yang turun…” (QS. Al-Hadid [57]: 16)

3. Hidayah (petunjuk).

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ

Dan barangsiapa beriman kepada Allah niscaya Allah memberi petunjuk kepada hatinya. (QS. At-Taghabun [64]: 11)

4. Ra’fah dan rahmah (kasih sayang).

Allah Ta’ala berfirman:

وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً

Dan Kami menjadikan dalam hati orang-orang beriman yang mengikutinya [nabi Isa bin Maryam] sifat ra’fah dan rahmah. (QS. Al-Hadid [57]: 27)

Ra’fah adalah kasih sayang yang mencegah seseorang dari melakukan perbuatan buruk dan merugikan orang lain. Adapun rahmah adalah kasih sayang yang mendorong seseorang berbuat baik dan menyantuni orang lain. Rahmah mencakup ra’fah dan ra’fah adalah bagian dari rahmah. (Ibnu ‘Asyur at-Tunisi, At-Tahrir wa at-Tanwir fi at-Tafsir, 27/421)

5. Ulfah (kerekatan dan kesatuan hati).

Allah Ta’ala berfirman:

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ

Dan Allah menyatukan hati mereka. Seandainya engkau membelanjakan seluruh harta di muka bumi untuk menyatukan hati mereka, niscaya engkau tidak akan mampu menyatukan hati mereka. Akan tetapi Allah-lah yang telah menyatukan hati mereka. (QS. Al-Anfal [8]: 63)

6. Insyirah (lapang hati, lapang dada).

Allah Ta’ala berfirman:

أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ

Apakah orang yang telah Allah lapangkan dadanya untuk menerima Islam sehingga ia berada di atas cahaya petunjuk dari Rabbnya [sama halnya dengan orang-orang yang berada dalam kegelapan kekafiran?] (QS. Az-Zumar [39]: 22)

7. Salamah (keselamatan, kesucian).

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)

[Hari kiamat adalah] hari tidak berguna harta dan anak-anak. Kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat. (QS. Asy-Syu’ara’ [26]: 88-89)

Hati yang selamat adalah hati yang bersih, suci dan selamat dari segala bentuk penyakit syubhat dan syahwat. Ia adalah hati yang bersih dari segala penyakit hati yang berupa kesyirikan, kekafiran, kemunafikan, kesombongan, kedengkian, cinta harta, cinta kekuasaan, dan nafsu-nafsu jahat lainnya.

8. Inabah (kembali kepada Allah dan bertaubat).

مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ

[Penduduk surga adalah] orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pemurah walau ia tidak melihat Allah [atau saat dia sendirian] dan ia menghadap Allah dengan hati yang kembali [bertaubat]. (QS. Qaf [50]: 33)

9. Thaharah (suci).

أُولَئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يُطَهِّرَ قُلُوبَهُمْ

Mereka itulah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. (QS. Al-Maidah [5]: 41)

10. Rabth (keterikatan, kemantapan, keteguhan).

وَلِيَرْبِطَ عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْأَقْدَامَ

Dan agar Allah memantapkan hati kalian dan meneguhkan langkah kaki kalian. (QS. Al-Anfal [8]: 11)

Hakekat rabth adalah mengikatkan tali dengan kuat pada sesuatu hal. Dalam ayat ini lafal rabth merupakan bentuk kiasan dari peneguhan dan penghilangan kegoncangan [kegentaran] dari dalam hati. (Ibnu ‘Asyur at-Tunisi, At-Tahrir wa at-Tanwir fi at-Tafsir, 9/280)

11. Akal (memikirkan).

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا

Tidakkah mereka berjalan di muka bumi sehingga mereka memiliki hati untuk memikirkan [tanda-tanda kekuasaan dan keesaan Allah]?” (QS. Al-Haj [22]: 46)

12. Ithmi’nan (ketenangan, ketentraman).

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

[Yaitu] orang-orang yang beriman dan hati mereka tentram dengan dzikir. Ketahuilah dengan dzikir [mengingat-ingat Allah] hati menjadi tentram. (QS. Ar-Ra’du [13]: 28)

13. Ikhbat (ketundukan hati).

لِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ

Agar orang-orang yang dikaruniai ilmu mengetahui bahwa Al-Qur’an adalah kebenaran dari Rabbmu, sehingga mereka mengimaninya dan hati mereka tunduk kepadanya. (QS. Al-Hajj [22]: 54)

14. Tazyin al-iman (dihiasi keimanan).

وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ

Akan tetapi Allah menjadikan kalian mencintai keimanan dan Allah menghiaskan keimanan di dalam hati kalian. (QS. Al-Hujurat [49]: 7)

15. Inzal as-sakinah (diturunkannya ketenangan).

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ

Dia [Allah] lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang yang beriman agar mereka bertambah iman di atas keimanan mereka. (QS. Al-Fath [48]: 4)

Inilah di antara sifat-sifat kebajikan yang Allah lekatkan pada hati manusia. Adapun sifat-sifat keburukan yang Allah lekatkan kepada “hati” manusia berjumlah lebih banyak lagi. Insya Allah akan diuraikan dalam kesempatan berikutnya. Wallahu a’lam bish-shawab.

Leave a comment