Nabi Sulaiman عليه السلام

nabi sulaiman

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

KISAH SULAIMAN BIN DAWUD

NAMA DAN NASABNYA

Al Hafizh Ibnu Asakir menyampaikan, ” ia adalah Sulaiman bin Dawud bin Aysya bin Uwaid bin Abir bin Salmun bin Nakhsyun bin Umania Adab bin Iram bin Hashrun bin Farishbin Yahudza bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim

Allah swt berfirman:

وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا ۖ وَقَالَا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ

وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ ۖ وَقَالَ يَا أَيُّهَ0ا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَيْءٍ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ

“Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba- Nya yang beriman.’ Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: ‘Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu, sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.'” (QS. an-Naml: 15-16)

Dan Sulaiman telah mewarisi Daud. ” Beliau mewarisi Daud dalam sisi kenabian dan kekuasaan, bukan mewarisi harta karena para nabi tidak mewariskan harta. Sebab sepeninggal mereka ( para nabi ), harta mereka menjadi sedekah bagi orang-orang yang ada di sekitar mereka, yaitu orang-orang fakir dan orang yang membutuhkan. Dan harta para nabi tidak dikhususkan bagi kalangan keluarganya.karena dunia bagi mereka (para nabi) sangat hina dan tiada harganya dan juga Dawud memiliki anak lain selain Sulaiman, sehingga tidak patut bagi Dawud menyerahkan seluruh harta kekayaan hanya untuk Sulaiman saja, tanpa menyertakan anak- anaknya yang lain

Rasulullah saw bersabda: “Kami para nabi tidak mewariskan.” Sulaiman mewarisi kenabian dari Daud. Ini adalah hal yang jelas. Allah swt telah memilihnya sebagai Nabi dari Bani Israil. Begitu juga, Allah swt telah memberinya kekuasaan (kerajaan) sehingga ia menjadi pimpinan Bani Israil.

Barangkali sesuatu yang paling penting yang diwarisi oleh Sulaiman dari Daud adalah tradisi militer. Kemajuan militer yang dahsyat ini telah berpindah kepada Sulaiman. Daud sebenarnya adalah seorang penggembala kambing yang miskin, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, ia menjadi komandan pasukan yang tiada tandingannya. Perubahan keadaan ini adalah sebagai bentuk ilham dari Allah swt dan sebagai dukungan dari-Nya.

Daud mengetahui bahwa kekuatan yang hakiki yang mengatur alam wujud adalah kekuatan Allah swt. Ketika ia menghulurkan tangannya dan memegang potongan batu lalu beliau melemparkannya melalui katapelnya ke arah Jalut, maka ini sebagai bentuk demonstrasi kekuatan darinya. Kehadiran Nabi Daud mengubah keadaan pasukan Bani Israil di mana mereka sebelumnya lari jika berhadapan dengan musuh, maka kini keberadaan mereka mulai diperhitungkan.

Di masa hidupnya, Daud mengalami peperangan yang cukup banyak namun Al-Quran tidak menceritakan secara terperinci hal itu. Al-Quran adalah kitab dakwah di jalan Allah swt, dan bukan kitab sejarah. Al- Quran hanya mengatakan:

وَشَدَدْنَا مُلْكَهُ

“Dan Kami kuatkan kerajaannya.” (QS. Shad: 20)

Ayat tersebut berarti bahwa Daud belum pernah terkalahkan dalam peperangan yang diikutinya. Di samping dukungan yang Allah swt berikan kepada Daud, juga pasukannya dan rakyatnya di mana mereka adalah orang-orang yang bertauhid dan menyerahkan diri kepada Allah swt,

Allah swt mengungkapkan kepada Daud hal-hal yang menjadikan pasukannya memiliki keistimewaan yang dengannya mereka dapat mengalahkan pasukan-pasukan yang lain yang ada di bumi saat itu. Allah swt berfirman:

وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ

“Dan Kami telah melunakkan besi untuknya.” (QS. Saba’: 10)

Masalah baju besi yang dibuat untuk orang-orang yang hendak berperang cukup mengganggu gerakan mereka. bisa dibayangkan ketika ada dua orang yang berperang yang salah satunya dapat bergerak dengan bebas, sementara yang lain tidak leluasa bergerak. Namun dengan kekuasaan Allah swt, Nabi Daud dapat melunakkan besi dan membuat darinya baju besi yang ringan. Ini adalah kemajuan penting yang Allah swt berikan kepada Daud dan tentaranya.

Kemajuan ini kini dimiliki oleh Sulaiman. Demikianlah Sulaiman memiliki pasukan yang dahsyat yang melebihi pasukan mana pun di bumi saat itu. Bahkan Allah swt menambah karunia- Nya kepada Sulaiman:

وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ ۖ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَيْءٍ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ

“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: ‘Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.'” (QS. an- Naml: 16)

Ketika kita membuka lembaran- lembaran sejarah kehidupan Nabi Sulaiman yang diungkap oleh Al-Quran, maka kita akan mengetahui bahwa kita berada di masa keemasan Bani Israil, yaitu masa Nabi mereka dan penguasa mereka Sulaiman. Sulaiman tidak merasa puas dengan apa yang telah diwarisinya dari Daud. Ambisinya mendorongnya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar.

Pada suatu hari ia menadah tangannya dan berdoa kepada Allah swt. Antara hati Nabi dan Allah swt tidak ada penghalang, jarak, atau waktu. Tak seorang pun dari para nabi yang berdoa kepada Allah swt kecuali doanya pasti terkabul. Kejernihan hati ketika mencapai puncak tertentu, maka ia akan menggapai apa saja yang diinginkan di jalan Allah swt. Dalam doanya, Nabi Sulaiman berkata:

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّن بَعْدِي ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

“Ia berkata: Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahilah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorangpun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (QS. Shad: 35)

Sulaiman menginginkan dari Allah swt suatu kerajaan yang belum pernah diperoleh oleh siapa pun setelahnya. Allah swt mengabulkan doa hamba- Nya Sulaiman dan memberinya kerajaan tersebut. Barangkali orang- orang yang hidup di saat ini bertanya- tanya mengapa Sulaiman meminta kerajaan ini yang belum pernah dicicipi oleh seorang pun setelahnya? Apakah Sulaiman – sesuai dengan bahasa kita saat ini – seorang lelaki yang gila kekuasaan. Tentu kita tidak menemukan sedikit pun masalah yang demikian dalam hati Sulaiman. Ambisi Sulaiman untuk mendapatkan kekuasaan atau kerajaan adalah ambisi yang ada di dalam seorang nabi, dan tentu ambisi para nabi tidak berkaitan kecuali dengan kebenaran. Ambisi tersebut adalah bertujuan untuk memudahkan penyebaran dakwah di muka bumi. Sulaiman sama sekali tidak cinta kepada kekuasaan dan ingin menunjukkan sikap kesombongan namun beliau ingin mendapatkan kekuasaan untuk memerangi kelaliman yang menyebar di muka bumi.

Perhatikanlah kata-kata Sulaiman kepada Balqis ketika beliau berdialog dengannya tentang singgasananya dalam surah an-Naml:

فَلَمَّا جَاءَتْ قِيلَ أَهَٰكَذَا عَرْشُكِ ۖ قَالَتْ كَأَنَّهُ هُوَ ۚ وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِن قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ

“Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: ‘Serupa inikah singgasanamu?’ Dia menjawab: ‘Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.” (QS. an-Naml: 42)

Demikianlah kata-kata Sulaiman yang bijaksana. Menurut kami, itu adalah kata-kata yang membenarkan permintaannya untuk memiliki kekuasaan dan kekuatan. Sulaiman telah mengerahkan semua kemuliaan dan kekuasaannya dalam rangka menegakkan agama Allah swt dan menyebarkan Islam. Tidakkah ratu Saba’ berkata pada akhir ceritanya bersama Sulaiman:

رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam.” (QS. an- Naml: 44)

Setelah Mukadimah pokok ini, marilah kita membuka halaman-halaman cerita Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman mewarisi kekuasaan, kenabian, dan hikmah (ilmu) dari Daud. Orang-orang menyebutnya: Sulaiman Al-Hakim (Sulaiman yang bijaksana). Kebijaksanaan Nabi Sulaiman tidak terbatas pada keadilannya di tengah-tengah manusia dan kasih sayangnya kepada mereka namun kebijakan Sulaiman juga berlaku di kalangan burung dan binatang lainnya.

Nabi Daud juga mengenal bahasa burung, serta Sulaiman dapat berbicara dengan bahasa burung, bahkan ia dapat menjadikannya pembantunya. Ketika Nabi Daud bertasbih, maka gunung- gunung dan burung-burung serta binatang-binatang buas pun ikut bertasbih bersamanya bahkan angin pun berhenti untuk mendengarkan tasbih ini, sedangkan Nabi Sulaiman, Allah swt memberinya kurnia lebih dari itu di mana binatang- binatang buas tunduk padanya, begitu juga angin dan burung.

Allah swt berfirman:

وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا ۖ وَقَالَا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ
وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ ۖ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَيْءٍ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ

“Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba- Nya yang beriman.’ Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: ‘Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu, sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.'” (QS. an-Naml: 15-16)

Nabi Sulaiman mampu mendengar bisikan semut yang berbicara dengan sesama mereka, bahkan ia mampu memerintahkan semut tersebut sehingga semut itu taat kepada perintahnya.

Kisah Nabi Sulaiman dengan Semut

Kisah 1

Kerajaan Nabi Sulaiman AS dikala itu sedang mengalami musim kering yang begitu panjang. Lama sudah hujan tidak turun membasahi bumi. Kekeringan melanda di mana-mana. Nabi Sulaiman AS mulai didatangi oleh umatnya untuk meminta pertolongan dan memintanya memohon kepada Allah swt agar menurunkan hujan untuk membasahi kebun-kebun dan sungai-sungai mereka. nabi Sulaiman AS kemudian memerintahkan satu rombongan besar pengikutnya yang terdiri dari bangsa jin dan manusia berkumpul di lapangan untuk berdoa memohon kepada Allah swt agar musim kering segera berakhir dan hujan segera turun.

Sesampainya mereka di lapangan nabi Sulaiman AS melihat seekor semut kecil berada di atas sebuah batu. Semut itu berbaring kepanasan dan kehausan.

Nabi Sulaiman AS kemudian mendengar sang semut mulai berdoa memohon kepada Allah swt penunai segala hajat seluruh makhluk-Nya. “Ya Allah pemilik segala khazanah, aku berhajat sepenuhnya kepada-Mu, Aku berhajat akan air-Mu, tanpa air-Mu ya Allah aku akan kehausan dan kami semua kekeringan. Ya Allah aku berhajat sepenuhnya pada-Mu akan air- Mu, kabulkanlah permohonanku”, doa sang semut kepada Allah swt.

Mendengar doa si semut maka nabi Sulaiman AS kemudian segera memerintahkan rombongannya untuk kembali pulang ke kerajaan sambil berkata pada mereka, “kita segera pulang, sebentar lagi Allah swt akan menurunkan hujan-Nya kepada kalian. Allah swt telah mengabulkan permohonan seekor semut”. Kemudian Nabi Sulaiman dan rombongannya pulang kembali ke kerajaan.

Kisah 2

Suatu hari nabi Sulaiman AS sedang berjalan-jalan. Ia melihat seekor semut sedang berjalan sambil mengangkat sebutir buah kurma. nabi Sulaiman AS terus mengamatinya, kemudian beliau memanggil si semut dan menanyainya, Hai semut kecil untuk apa kurma yang kau bawa itu?. Si semut menjawab, Ini adalah kurma yang Allah swt berikan kepada ku sebagai makananku selama satu tahun.

Nabi Sulaiman AS kemudian mengambil sebuah botol lalu ia berkata kepada si semut, Wahai semut ke marilah engkau, masuklah ke dalam botol ini aku telah membagi dua kurma ini dan akan aku berikan separuhnya padamu sebagai makananmu selama satu tahun. Tahun depan aku akan datang lagi untuk melihat keadaanmu. Si semut taat pada perintah Nabi Sulaiman AS. Setahun telah berlalu. Baginda Sulaiman AS datang melihat keadaan si semut. Ia melihat kurma yang diberikan kepada si semut itu tidak banyak berkurang. Baginda Sulaiman AS bertanya kepada si semut, hai semut mengapa engkau tidak menghabiskan kurmamu. Wahai Nabiyullah, aku selama ini hanya menghisap airnya dan aku banyak berpuasa.

Selama ini Allah swt yang memberikan kepadaku sebutir kurma setiap tahunnya, akan tetapi kali ini engkau memberiku separuh buah kurma. Aku takut tahun depan engkau tidak memberiku kurma lagi karena engkau bukan Allah Pemberi Rezeki (Ar-Rozak), jawab si semut.

Juga kisah lainnya dalam QS. An Naml : 18- 19

حَتَّىٰ إِذَا أَتَوْا عَلَىٰ وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: ‘Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”. “Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Rabbku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.

PASUKAN NABI SULAIMAN

Pasukan Nabi Sulaiman memiliki kekuatan yang sangat dahsyat di dunia. Belum pernah ada di dunia suatu pasukan yang memiliki kekuatan seperti ini, Kekuatan Nabi Sulaiman berasal dari beberapa kombinasi yang sangat mengagumkan sehingga karenanya ia tidak dapat tertandingi.

Kekuatan itu terdiri dari manusia, jin, dan burung. Kita mengetahui bahawa jin adalah makhluk Allah swt dan manusia tidak mampu melihatnya atau menghadirkannya atau meminta pertolongannya, sedangkan Sulaiman telah diberi Allah swt kemampuan untuk menundukkan jin dan memperkerjakan mereka sebagai tentara di tengah-tengah peperangan, bahkan ia mampu menjadikan mereka sebagai pekerja-pekerja kasar di kerajaannya saat tidak ada peperangan.

Ketika ada pasukan lain yang mencoba melawan pasukan ini, maka mustahil mereka akan merasakan kemenangan. Bahkan pasukan Sulaiman juga diperkuat oleh pasukan burung. Burung di pasukan Sulaiman memerankan tugas penting. yaitu bertugas mencari informasi. Kita mengetahui bahwa peranan informasi saat peperangan adalah hal yang sangat penting. Dari informasi tersebut, pasukan dapat mengetahui keadaan musuhnya. Demikianlah peranan burung pada pasukan Sulaiman. Ia terbang di tengah-tengah musuh kemudian ia kembali kepada Sulaiman untuk menyampaikan berita tentang keadaan musuhnya.

Di samping jin dan burung, Allah swt juga menundukkan angin untuk Sulaiman. Nabi Sulaiman dapat memerintah angin dan ia mampu untuk menaiki angin bersama tentaranya.

Dengan ditundukan angin, Nabi Sulaiman dapat pergi ke negeri manapun yang ia inginkan. Sulaiman memiliki hamparan yang terbuat dari papan, yang bisa memuat apapun yang diperlukan, mulai dari rumah, istana, tenda, perabotan, kuda, unta, alat- alat berat, pasukan dari golongan manusia dan jin juga hewan dan burung

Saat hendak bepergian, rekreasi atau memerangi raja maupun musuh di negeri manapun yang dikehendaki Allah, Sulaiman membawa semua itu di atas hamparan papan lebar, lalu memerintahkan angin untuk membawanya terbang, angin kemudian menyelinap ke bawah papan dan mengangkatnya. setelah berada di angkasa, Sulaiman memerintahkan angin untuk terbang membawanya dengan cepat,lalu meletakannya di tempat yang ia kehendaki.

Sekarang, kita mengetahui bahwa ide adanya pesawat terbang adalah berangkat dari usaha memanfaatkan udara di mana pesawat tersebut dapat terbang di dalamnya meskipun ia lebih berat darinya. Namun sejak dahulu Allah swt memberikan kemampuan ini kepada Sulaiman di mana ia mampu menundukkan angin dan menggunakannya demi kepentingannya. Oleh karena itu, pasukan Sulaiman juga terdiri dari pasukan udara pada saat di mana tak seorang pun memimpikan untuk terbang di udara. Barangkali mukjizat ini yang Allah swt berikan kepada Sulaiman menjadi sebab kejayaan militernya sehingga pasukannya tidak tertanding. Allah swt berfirman:

وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ

“Dan dihimpunkan kepada Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib (dalam barisan).” (QS. an- Naml: 17)

فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ

وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ

وَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ

هَٰذَا عَطَاؤُنَا فَامْنُنْ أَوْ أَمْسِكْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

وَإِنَّ لَهُ عِندَنَا لَزُلْفَىٰ وَحُسْنَ مَآبٍ

“Kemudian Kami tundukkan kepada angin yang berhembus dengan baik menurut kemana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami;, maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.” (QS. Shad: 36-40)

Allah swt juga memberikan kemampuan yang tak seorang pun dari para nabi mendapatkannya. Yaitu kemampuan untuk memerintah syaitan. Syaitan adalah salah satu bagian dari jin. Ia adalah kelompok yang celaka dari jin. Kelompok ini sebenarnya tidak mampu dikuasai oleh manusia, bahkan jin yang sholeh pun tidak dapat mengatur mereka.

Adapun Sulaiman, Allah swt telah memberinya kekuasaan untuk menundukkan syaitan dan mempekerjakannya bahkan mengikatnya dengan rantai serta menghukumnya jika ia menentang perintahnya.

Syaitan membangun untuk Sulaiman istana dan patung-patung dan alat- alat perang. Bahkan syaitan-syaitan itu menyelam di dasar lautan untuk mengeluarkan permata dan yakut untuk Sulaiman. Jika ada di antara syaitan yang menentang perintahnya, maka Nabi Sulaiman mengikatnya dengan rantai. Ini semua menunjukkan kekayaan Sulaiman dan kekuasaannya di mana ia mampu mengatur banyak makhluk di dunia. Tentu kemampuannya itu atas izin atau kehendak dari Rabbnya sebagai mukjizat dari-Nya. Allah swt berfirman:

وَمِنَ الْجِنِّ مَن يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَمَن يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ

“Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Rabbnya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. (QS. Saba’: 12).

Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).”

Nabi Sulaiman yang bijaksana adalah penguasa yang tak tertanding di muka bumi. Meskipun memperoleh nikmat- nikmat yang khusus dan agung ini yang Allah swt berikan kepada Sulaiman, beliau tetap menunjukkan sebagai manusia yang paling banyak berzikir kepada-Nya dan manusia yang paling banyak bersyukur di zamannya. Allah swt berfirman tentang Sulaiman:

سُلَيْمَانَ ۚ نِعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ

“(Sulaiman) sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Rabbnya).” (QS. Shad: 30)

Al-Aubah ialah kembali kepada Allah swt melalui sholat, puasa, tasbih, menangis, istighfar, dan mengungkapkan rasa cinta yang dalam. Hamba yang kembali adalah hamba yang menuju Allah swt. Waktu sholat bagi Sulaiman adalah waktu yang sangat penting sehingga ketika datang waktu itu, maka beliau tidak bisa disibukkan dengan hal yang lain. Pada suatu hari, beliau nyaris kehilangan waktu sholat. Tentu hal ini di luar kehendaknya. Pada saat itu, beliau sibuk mengurus persoalan yang penting, yaitu menyiapkan tentara untuk perang. Saat itu bertepatan dengan waktu Asar. Sulaiman masih menyiapkan kuda tentara- tentaranya. Kuda pada waktu itu menjadi senjata yang penting di tengah-tengah pasukannya. Sulaiman lewat di depan kuda dan memeriksanya sehingga beliau nyaris kehilangan waktu sholat Asar.

Sulaiman sujud kepada Allah swt kemudian ia sholat. Ia meminta agar kuda itu dikembalikan kepadanya. Ketika kuda datang, ia mengusap lehernya dan kakinya dengan tangannya lalu ia meminta ampun kepada Allah swt karena ia sibuk menyiapkan pasukan untuk berjihad sehingga nyaris kehilangan waktu sholat. Sejak peristiwa itu, Sulaiman merasa tidak lagi membutuhkan kuda di tengah- tengah pasukannya.

Lalu Allah swt menggantikannya dengan angin yang mampu membawa tenteranya ke mana pun ia pergi. Allah swt berfirman:

وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ ۚ نِعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ

إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصَّافِنَاتُ الْجِيَادُ

فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَن ذِكْرِ رَبِّي حَتَّىٰ تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ

رُدُّوهَا عَلَيَّ ۖ فَطَفِقَ مَسْحًا بِالسُّوقِ وَالْأَعْنَاقِ

” Dan kepada Daud Kami karuniakan (anak bernama) Sulaiman; dia adalah sebaik- baik hamba. sungguh, dia sangat taat (kepada Allah). (ingatlah) ketika pada suatu sore dipertunjukan kepadanya (kuda- kuda) yang jinak, (tetapi) sangat cepat larinya. maka dia berkata, ” sesungguhnya aku menyukai yang baik (kuda), yang membuat aku tersibukkan dari ingat akan (kekuasaan) Rabbku, sampai matahari terbenam. Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku. lalu dia mengusap- usap kaki dan leher kuda itu. ( QS. SHAD: 30- 33 )

Yaitu mengusap keringat yang ada di kaki dan leher- leher kuda

Sebagian mufassir ada yang menerjemahkan:

“Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Rabbnya). (Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore. maka ia berkata: ‘Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.’ Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku.’ Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu.” (QS. Shad: 30-33)

Sulaiman mengetahui penyakit kuda dan ia mampu berbicara dengan bahasa kuda, bahkan kuda itu pun mentaati perintah Nabi Sulaiman.

Kisah Nabi Sulaiman Menyembelih Kuda Karena Allah, Lalu Allah Menggantinya dengan (Anugerah) Angin yang Tunduk Kepadanya.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat ta’at (kepada Rabbnya). (Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Rabbku sampai kuda itu hilang dari pandangan”. “Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku”. Lalu ia potong kaki dan leher kuda itu. ” (Shaad: 30-33).

Allah menyebutkan, bahwa Dia menganugerahkan kepada Daud putera bernama Sulaiman `alaihis salam. Allah memuji Sulaiman bahwa dia banyak kembali kepada-Nya, lalu Allah menyebutkan perkaranya tentang kuda. Berikut ini kisahnya:

Sulaiman `alaihis salam begitu cintanya kepada kuda untuk digunakan jihad di jalan Allah. Beliau memiliki kuda-kuda yang kuat, dan cepat . Kuda-kudanya berjumlah 20 ribu. Diantaranya bernama shafinat ( kuda yang berdiri di atas 3 kaki sementara satu kakinya di angkat ke atas) dan jiyad (kuda- kuda yang kurus dan cepat larinya) juga ada yang menyebut 25 diantaranya memiliki sayap. Ketika ia memeriksa dan mengatur kuda-kuda tersebut, ia ketinggalan shalat Ashar karena lupa, bukan di sengaja. Saat ia mengetahui bahwa ia ketinggalan melakukan shalat karena kuda-kuda tersebut, ia pun bersumpah, ‘Tidak, demi Allah, janganlah kalian (kuda-kudaku) melalaikanku dari menyembah Rabbku. “Lalu beliau memerintahkan agar kuda-kuda itu disembelih. Maka beliau memukul leher-leher dan urat- urat nadi kuda-kuda tersebut dengan pedang. Ketika Allah mengetahui hamba-Nya yang bernama Sulaiman menyembelih kuda-kuda tersebut karena Diri-Nya, karena takut dari siksa-Nya serta karena kecintaan dan pemuliaan kepada-Nya, karena dia sibuk dengan kuda-kuda tersebut sehingga habis waktu shalat. Sebab hal tersebut, Allah lalu menggantikan untuknya sesuatu yang lebih baik dari kuda-kuda tersebut, yakni angin yang bisa berhembus dengan perintahnya, sehingga akan menjadi subur daerah yang dilewatinya, perjalanannya sebulan dan kembalinya juga sebulan. Dan tentu, ini lebih cepat dan lebih baik daripada kuda. Karena itu, benarlah sabda Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam,

إِنَّكَ لاَ تَدَعُ شَيْئًا إِتِّقَاءً لله تَعَالَى إِلاَّ أَعْطَاكَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرًا مِنْهُ (رواه أحمد و البيهقي)

“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena takut kepada Allah kecuali Allah akan memberimu (sesuatu) yang lebih baik daripadanya. ” (HR. Ahmad dan Al- Baihaqi, hadits shahih).

Allah swt juga memberikan kenikmatan lain atas Sulaiman Allah swt berfirman:

وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ

“Dan Kami alirkan cairan tembaga baginya.” (QS. Saba’: 12)

الْقِطْرِ adalah tembaga yang dicairkan. Sebagaimana Allah swt memberikan nikmat atas ayahnya Daud di mana ia mampu melunakkan besi dan Allah swt mengajarinya bagaimana cara mencairkannya, maka Sulaiman pun memanfaatkan tembaga yang cair itu untuk peperangan dan di saat perdamaian. Pada saat peperangan beliau mencampur tembaga dengan besi dan membuat darinya perunggu.

Mereka menggunakan senjata-senjata perunggu dalam peperangan, seperti pedang, baju besi dan pisau. Senjata- senjata ini adalah senjata yang paling kuat di saat itu. Sedangkan di saat perdamaian, tembaga digunakan untuk membuat bangunan, patung, dan sebagainya. Meskipun Nabi Sulaiman mendapatkan nikmat yang besar ini dan karunia yang khusus, Allah swt telah mengujinya dengan suatu ujian. Ujian akan selalu datang pada seorang hamba. Ketika hamba itu mendapat kedudukan besar, maka ujiannya pun menjadi besar. Allah swt menguji Sulaiman dengan penyakit. Allah swt berfirman:

وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَىٰ كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَّا يَنبَغِي لِأَحَدٍ مِّن بَعْدِي ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
فَسَخَّرْنَا لَهُ الرِّيحَ تَجْرِي بِأَمْرِهِ رُخَاءً حَيْثُ أَصَابَ
وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاصٍ

“Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat. Ia berkata: ‘Ya Rabbku, ampunilah aku anugerahkanlah kerajaan yang tidak dimiliki oleh seseorang pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi. Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang ia kehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan- syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam. ” (QS. Shad: 34-37)

Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang fitnah atau ujian yang dialami oleh Nabi Sulaiman. Barangkali riwayat yang paling terkenal dalam hal ini adalah riwayat yang paling penuh dengan kebohongan. Dikatakan bahwa Sulaiman bertekad untuk menggilir isteri-isterinya yang berjumlah tujuh ratus pada satu malam saja untuk melakukan hubungan seks dengan mereka, sehingga para wanita itu akan melahirkan seorang anak yang dapat berperang di jalan Allah swt. Sulaiman tidak mengatakan insya- Allah lalu ia menggilir isteri-isterinya dan tidak ada seorang pun yang melahirkan kecuali seorang wanita yang melahirkan anak yang buruk rupa.

Kisah tersebut berbeda atau kontradiksi dari permulaannya dan akhirannya. Tentu kisah itu berasal dari cerita khurafat yang direkayasa oleh orang- orang Yahudi atau termasuk dari israiliyat. Hakikat ujian yang dialami Nabi Sulaiman adalah apa yang disebutkan oleh Fakhrur Razi:

“Sulaiman diuji dengan suatu penyakit yang keras di mana kedokteran saat itu tidak mampu mengatasinya. Sakitnya Sulaiman sangat keras sehingga para dokter dari kalangan manusia dan jin pun tidak mampu menghilangkan penyakitnya. Lalu burung-burung menghadirkan rumput- rumput yang dianggap sebagai obat tetapi Sulaiman pun belum juga sembuh. Semakin hari penyakit Sulaiman semakin menjadi- jadi sehingga ketika Sulaiman duduk di atas kursi ia duduk bagaikan tubuh tanpa roh, seakan-akan ia mati karena saking kerasnya penyakit yang dideritanya. Sakit yang diderita oleh Sulaiman terus berlanjutan untuk beberapa saat namun Sulaiman tidak henti-hentinya berzikir kepada Allah swt dan meminta kesembuhan kepada-Nya serta beristighfar kepada- Nya dan mengungkapkan rasa cintanya kepada-Nya.”

Selesailah ujian Allah swt terhadap hamba-Nya, Sulaiman. Beliau pun sembuh. Kini Sulaiman merasakan kembali kesehatannya setelah ia mengetahui segala kejayaannya dan segala kekuasaannya serta segala kebesarannya tidak lagi mampu menghilangkan penyakit yang dideritanya kecuali jika Allah swt menghendakinya.

Inilah pendapat yang lebih menenangkan hati kami. Pendapat tersebut sesuai dengan kemaksuman Sulaiman sebagai Nabi yang bijaksana dan Nabi yang mulia:

وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَىٰ كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ

“Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh/jasadan (yang lemah karena sakit). kemudian dia bertobat” (QS. Shad: 34)

Sakit yang diderita Sulaiman membuat dirinya seperti jasad yang tak bernyawa. Kata jasad dalam bahasa Arab diungkapkan atas sesuatu yang kehilangan kehidupan atau kesehatan. Sulaiman berubah menjadi jasad karena saking kerasnya penyakit yang dideritanya.

ثُمَّ أَنَابَ

“Kemudian ia bertaubat.” (QS. Shad: 34)

Lalu Nabi Sulaiman kembali sehat. Ia meminta pertolongan dengan rahmat Allah swt lalu Allah swt menyembuhkannya dan merahmatinya. Nabi Sulaiman telah membangun masjid atau tempat beribadah sehingga manusia menyembah Allah swt di dalamnya. Rumah ini menunjukkan keunggulan seni arkitektur dan seni pahat. Orang-orang yang membangun rumah ini berjumlah puluhan ribu orang.

Tentu setiap kelompok dari mereka memiliki pekerjaan masing-masing. Di antara mereka ada yang mencairkan tambang; di antara mereka ada tukang pahat; ada yang membelah batu; ada yang memotong-motong kayu; ada yang mendatangkan rumput-rumput dari Lebanon; ada yang melelehkan emas dan menjadikannya lempengan- lempengan yang mengkilat untuk menutupi kayu dan menutupi dinding. Bahkan golongan jin juga membantu pembangunan rumah tersebut, tentu dengan perintah dan bimbingan Nabi Sulaiman. Mereka membuat patung- patung yang besar dan membuat bejana yang besar untuk tempat, makanan para tentara dan pekerja, yaitu bejana seperti gunung karena saking beratnya dan besarnya. Mereka juga membuat tempat-tempat minum yang besarnya seperti kolam. Sulaiman mengawasi para pekerjanya dan juga mengurus masyarakatnya di mana beliau mengenali masalah mereka dan berusaha memecahkannya. Beliau juga mengawasi pasukannya dari kalangan binatang dan burung. Beliau mengetahui apakah ada satu di antara mereka yang tidak hadir dan di mana ia pergi serta mengapa ia pergi.

Nabi Sulaiman bukan hanya mengetahui masalah tentaranya dari kalangan manusia dan tentaranya dari kalangan burung, namun ia juga menunjukkan kasih sayangnya terhadap semut di mana beliau mendengar bisikannya dan tidak suka untuk menginjaknya. Nabi Sulaiman selalu menundukkan kepalanya ke bumi sebagai bentuk rasa rendah diri dan syukur kepada Allah swt. Pada suatu hari ia berjalan di depan tentaranya dan tiba-tiba ia mendengar suara semut yang berkata kepada temannya dari kalangan semut:

حَتَّىٰ إِذَا أَتَوْا عَلَىٰ وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: ‘Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak terinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari’;, maka dia tersenyum karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: ‘Ya Rabbku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ke dua orang ibu dan bapakku dan untuk mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang sholeh.” (QS. an-Naml: 18-19)

Sulaiman mendengarkan pembicaraan semut itu lalu beliau tersenyum karena mendengar pembicaraannya juga nabi Sulaiman tersenyum adalah sebagai wujud gembira dan senang atas ilmu yang diberikan Allah kapadanya secara khusus, yang tidak diberikan pada yang lain.

Apa yang dibayangkan oleh semut kecil itu? Meskipun Sulaiman mendapatkan kekuasaan dan memiliki tentara yang besar, namun beliau menunjukkan kasih sayang terhadap semut. Beliau mendengar bisikannya dan melihat semut yang di depannya. Oleh karena itu, tak mungkin baginya untuk menginjaknya. Sulaiman bersyukur kepada Allah swt yang telah memberinya nikmat ini, yaitu nikmat rahmat dan nikmat kasih sayang.

Sulaiman memohon kepada Allah untuk menuntunnya selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah karuniakan kepadanya, juga keistimewaan yang hanya Allah berikan kepadanya. Nabi Sulaiman memohon agar diberi kemudahan menjalankan amal sholeh dan saat wafat nanti, nabi Sulaiman memohon agar dikumpulkan bersama hamba-hamba-NYA yang shaleh. dan Allah memperkenankan doa Sulaiman ini.

Kemudian yang dimaksud kedua orang tua Sulaiman adalah Dawud dan ibunya (wanita dari auriya). Ibu Sulaiman termasuk seorang wanita ahli ibadah dan shalihah, seperti yang disampaikan Sunaid bin Dawud, dari Jabir dari Nabi saw beliau menuturkan, “ibunda Sulaiman bin Dawud berkata, ‘wahai anaku! jangan banyak- banyak tidur pada malam hari, karena banyak tidur pada malam hari membuat seorang hamba fakir pada hari kiamat kelak.” (HR. IBNU MAJAH dalam sunannya )

Di samping itu, Sulaiman orang yang paling kaya di dunia di mana istananya terbuat dari kayu gaharu yang memiliki bau yang harum dan istananya terbuat dari emas dan terkadang dari kristal. Beliau juga memiliki kursi besar yang dibuat dari emas dan permata. Istana Sulaiman merupakan istana yang paling besar di dunia. Sulaiman menggunakan pakaian dari emas dan permata. Meskipun demikian, Sulaiman tetap menunjukkan sebagai hamba yang berserah diri dan rendah diri kepada Allah swt dan kepada manusia.

Pada suatu hari, Nabi Sulaiman mengeluarkan perintahnya kepada pasukannya untuk bersiap-siap. Sulaiman keluar memeriksa pasukannya. Satu demi satu pasukannya ditelitinya. Kelompok yang pertama adalah kelompok manusia. Sulaiman memperhatikan kesiapan mereka, lalu Sulaiman mengeluarkan perintah-perintahnya. Kemudian Sulaiman memeriksa kelompok jin dan menyampaikan perintah-perintahnya kepada mereka. Beliau memenjarakan jin yang tampak bermalas-malas saat bekerja. Lalu ia memeriksa binatang dan berkata kepada mereka, apakah mereka sudah, makan dengan baik dan tidur dengan nyenyak, apakah ada yang mengadu kepadanya, misalnya karena penyediaan, makanan tidak layak, apakah di sana ada yang sakit, dan sebagainya. Ketika Sulaiman merasa puas dengan semuanya, Sulaiman memasuki tenda tempat berkumpulnya burung. Belum lama Sulaiman memasuki tenda tersebut dan mengamat-amati keadaan di sekitarnya sehingga ia mengetahui burung yang tidak hadir yaitu Hud-hud:

وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَا أَرَى الْهُدْهُدَ

“Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: ‘Mengapa aku tidak melihat hud-hud.” (QS. an-Naml: 20)

Burung-burung yang lain tampak terdiam sebagai penghormatan dan akan mendengarkan apa yang akan dikatakan pemimpin mereka Sulaiman. Beliau mengarahkan pandangannya pada semua burung dan tidak menemukan Hud-hud di antara mereka. Tak seekor burung pun yang mengetahui keberadaannya. Sulaiman mulai menampakkan kemarahannya:

أَمْ كَانَ مِنَ الْغَائِبِينَ

“Apakah dia termasuk yang tidak hadir?” (QS. an-Naml: 20)

Tiba-tiba seekor burung kecil memberanikan diri untuk berkata kepada Sulaiman: “Wahai Nabi yang mulia, seharusnya hud-hud ada bersamaku kemarin untuk melaksanakan tugas penyelidikan. Ia adalah pemimpin misi itu namun hud- hud belum datang. Oleh karena itu, aku tidak pergi bersamanya.” Burung itu tampak gemetar ketakutan. Sulaiman mengetahui bahwa hud-hud tidak hadir, dan tak seorang pun mengetahui kepergiannya. Hud-hud pergi tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada Sulaiman dan tidak memberitahu di mana keberadaannya. Dalam keadaan marah, Sulaiman berkata:

لَأُعَذِّبَنَّهُ عَذَابًا شَدِيدًا أَوْ لَأَذْبَحَنَّهُ أَوْ لَيَأْتِيَنِّي بِسُلْطَانٍ مُّبِينٍ

“Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika ia benar-benar datang kepadaku dengan alasan yang jelas.” (QS. an-Naml: 21)

Kawanan burung mengetahui bahwa Sulaiman sedang marah dan telah menetapkan untuk menyiksa hud-hud atau menyembelihnya atau justru memaafkannya dengan syarat, ia datang dengan membawa alasan yang dapat menyelamatkannya. Atau dengan kata lain, hud-hud dapat memastikan bahwa ia melaksanakan tugas yang penting. Sulaiman menunjukkan kemarahan yang besar sehingga siapa pun akan merasa takut. Ketika Sulaiman marah – meskipun beliau terkenal dengan kasih sayangnya – maka kemarahannya karena membela kebenaran, kemudian beliau dapat melaksanakan ancamannya dengan cara yang mudah. Seekor burung tampak gemetar ketakutan melihat kemarahan Sulaiman, lalu beliau mengulurkan tangannya ke burung itu dan memegang-megang kepalanya sehingga burung itu pun merasa tenang dan rasa takutnya hilang. Sulaiman pergi dari tenda burung itu dan menuju istananya. Sulaiman masih memikirkan keadaan hud-hud.

Seharusnya hud-hud menjadi bagian penting dari badan penyelidikan dan juga bertugas menurut riwayat Ibnu abbas dan lainnya adalah mencari tempat keberadaan air. ketika Sulaiman dan pasukannya tidak menemukan air di tengah padang pasir dalam perjalanan, hud hud biasanya datang lalu mencarikan tempat keberadaan air. Hud hud diberi Allah kemampuan untuk mendeteksi keberadaan air di dalam tanah. ketika hud hud menunjukan keberadaan air di suatu tanah, pasukan Sulaiman menggali titik tersebut, lalu mengeluarkan air, selanjutnya mereka gunakan untuk keperluan yang dibutuhkan. namun saat nabi Sulaiman mencari hud hud ia tidak ada di tempat tugasnya. Apakah ia pergi untuk menyingkap sesuatu, atau apakah ia pergi hanya untuk bermain- main? Sulaiman telah memperhatikan dan mengetahui bahwa hud-hud adalah seekor burung yang cerdik dan juga fasih berbicara. Terkadang Sulaiman mendapati hud-hud sedang bermain-main dan menunda pekerjaannya. Sulaiman melihatnya dan hud-hud memahami bahwa ini tidak benar. Sebab, ia tidak boleh mencampur adukkan antara waktu serius dan waktu bermain.

Akhirnya, tidak lama setelah kepergiannya, hud-hud tiba di tenda burung. Burung-burung yang lain berkata kepadanya: “Pergilah engkau ke tempat tuan kita Sulaiman. Jika ia mengetahui bahwa engkau telah sampai, maka jiwamu benar-benar terancam.” Hud-hud terbang dan menemui Sulaiman. Pada waktu itu beliau sedang duduk sambil makan.

Hud-hud berdiri dan telah menetapkan untuk memulai pembicaraan dengan Sulaiman sebelum beliau bertanya kepadanya ke mana dia pergi. Ini sebagai bukti bahwa ia melaksanakan tugas penting. Hud-hud berkata:

فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِن سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ

“Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba’ suatu berita penting yang diyakini.” (QS. an-Naml: 22)

Aku adalah hud-hud yang miskin, tetapi aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui, dan aku telah datang kepadamu dari kerajaan Saba’ dengan membawa berita yang sangat penting. Sulaiman tampak terdiam dan menunggu hud-hud menyelesaikan pembicaraannya:

إِنِّي وَجَدتُّ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِن كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ
وَجَدتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِن دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ

“Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.” (QS. an- Naml: 23-24)

Burung hud hud menyampaikan berita tentang sebuah kerajaan besar saba’ yang ada di yaman. kerajaan saba’ pada masa itu beralih ke tangan seorang putri raja yang ia angkat sebagai penggantinya, karena ia tidak memiliki keturunan lain selain putri semata wayangnya itu. Mereka kemudian mengangkatnya sebagai ratu.

Versi lain dari Atstsa’labi dan lainnya menyebutkan, bahwa setelah ayah ratu ini meninggal, kaumnya mengangkat seorang raja lelaki sebagai raja, namun kerusakan melanda dimana-mana. Putri tersebut kemudian datang menghampiri lelaki tersebut dan meminangnya. setelah itu keduanya menikah. saat si putri masuk, ia menyuguhkan arak pada suaminya itu, lau ia penggal lehernya dan ia pasang tepat di depan pintu rumahnya. orang- orang kemudian datang menghampirinya dan mengangkatnya sebagai ratu mereka

Ia adalah Balqis binti Sairah, ayah Balqis adalah salah satu raja besar. Raja tersebut enggan menikahi seorang wanita yaman. Menurut salah satu sumber, raja tersebut menikahi seorang wanita dari bangsa jin bernama Raihanah binti Sakan, lalu melahirkan anak perempuan namanya Talqamah atau yang disebut sebagai Balqis. wallahu a’lam

Disebutkan dalam shahih Imam Bukhari dari Abu Bakrah, saat Rasulullah saw mendengar rakyat persia mengangkat putri raja sebagai ratu mereka, beliau saw bersabda, ” tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka pada seorang wanita.”

Singgasana kerajaan Balqis dihiasi berbagai jenis batu- batu berharga, mutiara, emas dan hiasan mewah

Hud-hud diam sejenak dan Sulaiman merasa bahwa hud-hud menunjukkan kefasihan lisannya dan berbicara dengan baik kepadanya. Hud-hud mengemukakan perkataan yang sering disampaikan Sulaiman kepada manusia dan burung:

Selanjutnya Allah menyebutkan kekafiran dan penyembahan mereka terhadap matahari selain Allah, setan menyesatkan dan menghalangi mereka untuk beribadah kepada Allah semata yang tiada memiliki sekutu, yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan bumi, mengetahui apapun yang mereka rahasiakan dan yang mereka nampakan yaitu Allah mengetahui segala rahasia dan yang nampak, baik benda-benda riil maupun maknawi.

أَلَّا يَسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَ

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ۩

“Agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Ilah (yang berhak disembah) kecuali Dia, Rabb yang mempunyai Arasy yang besar.” (QS. an-Naml: 25-26)

Jelas sekali bahawa hud-hud mengulangi perkataan pemimpin kita Sulaiman, sebagai usaha terakhir untuk memperoleh kasih sayang Sulaiman dan agar beliau puas dengan penjelasannya itu. Sulaiman berkata sambil menunjukkan senyuman manis di wajahnya:

سَنَنظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ

“Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang- orang yang berdusta.” (QS. an-Naml: 27)

Hud-hud ingin mengatakan, aku tidak bohong wahai Nabi yang mulia namun diamnya Sulaiman membuatnya takut, sehingga ia pun terdiam. Sulaiman terdiam karena berfikir, lalu ia memutuskan sesuatu. Setelah itu, beliau mengangkat kepalanya dan meminta secarik kertas dan pena. Sulaiman segera menulis surat singkat dan menyerahkannya kepada hud- hud serta memerintahkannya:

اذْهَب بِّكِتَابِي هَٰذَا فَأَلْقِهْ إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ

“Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” (QS. an-Naml: 28).

Sejak saat itu orang- orang mulai menggunakan kertas.

Sejumlah mufassir dan lainnya menyebutkan, hudhud membawa surat tersebut lalu datang ke istana Balqis dan menjatuhkan surat tersebut kepadanya saat ia berada seorang diri. hudhud berdiri di salah satu sudut ruangan untuk menantiakan jawaban dari surat tersebut.

Al-Quran al-Karim hanya menceritakan dalam surah an-Naml bagaimana perginya hud-hud dan bagaimana ia menyerahkan surat itu. Lalu, Al- Quran langsung menyebut keadaan kerajaan Balqis yang saat itu ia sedang membaca surat tersebut di depan para pembesar kerajaannya dan para menterinya untuk bermusyawarah:

قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ
إِنَّهُ مِن سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ

“Berkata ia (Balqis): ‘Hai pembesar- pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya: ‘Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. bahwa janganlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.'” (QS. an-Naml: 29- 31).

Dalam surat Sulaiman itu disebutkan, hendaklah mereka menyerahkan diri dan tunduk kepada perintahnya. Sulaiman memerintahkan agar mereka meninggalkan penyembahan terhadap matahari. Sulaiman tidak mempersoalkan akidah mereka dan tidak memuaskan mereka dengan apa pun. Sulaiman hanya memerintahkan bahwa ia berada di atas kebenaran. Bukankah ia didukung kekuatan yang berlandaskan keyakinan yang dimilikinya Sulaiman hanya memerintahkan mereka agar tunduk dan patuh kepadanya. Ratu Saba’ menyampaikan surat tersebut di tengah- tengah kaumnya:

قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّىٰ تَشْهَدُونِ

“Berkata dia (Balqis): ‘Hai putera para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majlis(ku) .'” (QS. an- Naml: 32)

Sementara itu, reaksi para pembesar istana adalah menentang surat tersebut. Isi surat itu membangkitkan kecongkakan kaum Saba’ di mana mereka merasa lebih kuat. Mereka mengetahui bahwa di sana ada orang yang mencoba menentang mereka dan mengisyaratkan peperangan kepada mereka, lalu ia meminta kepada mereka untuk memenuhi syarat- syaratnya sebelum terjadinya peperangan dan kekalahan:

قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ وَالْأَمْرُ إِلَيْكِ فَانظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ

“Mereka menjawab: ‘Kita adalah orang- orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu;, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.” (QS. an-Naml: 33)

Para pembesar kaumnya ingin berkata, kita siap untuk melaksanakan peperangan. Tampaknya ratu itu memiliki kebijakan yang lebih baik daripada pembesar kaumnya. Surat Sulaiman itu membuatnya berfikir lebih jernih dan lebih hati-hati. Ia berusaha sebisa mungkin menghindari peperangan. Ratu itu berfikir dalam waktu yang cukup lama. Nama Sulaiman tidak diketahuinya dan ia pun belum pernah mendengarnya. Oleh karena itu, ratu tidak mengetahui kekuatannya. Boleh jadi Sulaiman memiliki kekuatan yang dahsyat sehingga ia mampu memerangi kekuasaannya dan mengalahkannya. Kemudian ratu memperhatikan apa yang ada di sekelilinginya. Ia melihat kemajuan masyarakatnya dan kekayaannya. Barangkali ia mengira bahwa Sulaiman iri terhadap kemajuan dan kekayaan ini sehingga Sulaiman ingin menyerangnya. Setelah mempertimbangkan isi surat Sulaiman dengan cermat, ratu Saba’ memilih untuk tidak bersikap ceroboh. Ratu lebih suka untuk menggunakan bahasa kelembutan. Ia mengirim kepada Sulaiman suatu hadiah yang besar. Ratu mengira bahawa Sulaiman seorang yang ambisius yang boleh jadi ia telah mendengar tentang kekayaan kerajaannya.

Para utusan pergi dengan membawa hadiah dari ratu Saba’. Ratu berharap agar mereka dapat memasuki kerajaan Sulaiman dan akan mengetahui kondisi kerajaannya. Saat mereka pulang, ratu ingin mendengar secara langsung dari mereka tentang keadaan kaum Sulaiman dan pasukannya. Setelah mendapatkan informasi yang cukup, maka si ratu dapat membuat sesuatu keputusan yang tepat. Ratu menyembunyikan apa yang terlintas dalam dirinya lalu ia berbicara kepada pembesar istananya bahwa ia dapat menyingkap niat jahat raja Sulaiman melalui cara mengirim hadiah kepadanya. Ratu lebih memilih cara tersebut dan menunggu reaksi Sulaiman. Ratu berhasil memuaskan para pembesar istananya, dan untuk sementara ia menghilangkan ide berperang, karena para raja jika menyerang suatu desa, maka pemimpin desa tersebut adalah orang yang paling banyak mendapatkan kehinaan dan cercaan. Akhirnya, para pembesar kaumnya merasa puas dengan fikirannya itu. Allah swt berfirman:

قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً ۖ وَكَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ
وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِم بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ

“Dia berkata: ‘Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.'” (QS. an-Naml: 34- 35)

Kemudian sampailah hadiah ratu Balqis ke Nabi Sulaiman. Para badan penyelidikannya memberitahunya bahwa para utusan Balqis datang dengan membawa hadiah. Sulaiman langsung mengetahui bahwa ratu itu sengaja mengirim orang-orangnya untuk mengetahui atau mendapatkan informasi tentang kekuatannya, lalu setelah itu, ia mengambil keputusan atau sikapnya kepada Sulaiman. Sulaiman segera memanggil semua pasukannya untuk berkumpul.

Utusan Balqis segera memasuki istana Sulaiman yang dipenuhi dengan pasukan besar yang bersenjata. Tiba- tiba, utusan Balqis tampak tercengang ketika melihat kekayaan mereka dan harta mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kerajaan Sulaiman. Hadiah mereka tampak tidak berarti. Emas yang mereka bawa tampak tidak berarti saat mereka memasuki istana Sulaiman yang terbuat dari kayu-kayu pohon gaharu yang mengeluarkan bau yang harum serta dihiasi dengan emas. Para utusan Balqis berdiri bersama Sulaiman dan menyaksikan bagaimana Sulaiman mengendalikan pasukannya. Kemudian mereka mulai berfikir tentang kekuatan dan kualitas pasukan Sulaiman. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat di tengah-tengah pasukan itu terdapat singa, burung dan tentara dari kalangan manusia yang mampu terbang. Mereka pun sadar bahwa mereka di hadapan pasukan yang tiada taranya.

Selesailah demonstrasi pasukan Sulaiman. Kemudian para utusan ratu dipersilakan maju ke tempat hidangan makan. Para utusan itu sangat terkejut ketika melihat berbagai macam makanan dari penjuru bumi ada di depannya, dan di antara makanan itu pun terdapat makanan yang biasa di temukan di negeri mereka, tetapi mereka melihat bahwa, makanan itu memiliki rasa yang istimewa. Selain itu, piring-piring yang ada di depan mereka dan dijadikan tempat makanan terbuat dari emas dan mereka dilayani oleh laki-laki yang berhias dengan emas, ratu mereka pun tidak mengenakan hiasan itu. Di meja, makan itu terdapat burung, ikan laut dan berbagai macam daging yang mereka tidak mampu lagi membedakannya. Sulaiman tidak makan bersama mereka tetapi beliau makan dengan menggunakan piring yang terbuat dari kayu. Beliau memakan roti yang kering yang dicampur dengan minyak. Inilah, makanan yang dipilihnya. Sulaiman makan bersama mereka dalam keadaan diam. Mereka merasa bahwa kehadiran Sulaiman menciptakan suatu kewibawaan yang luar biasa. Selesailah jamuan makan itu, lalu dengan sangat malu, mereka menyerahkan hadiah ratu Balqis kepada Sulaiman. Hadiah itu berupa emas. Bagi mereka, hadiah itu sangat bernilai tetapi di sini hadiah ini tampak kecil di hadapan kekayaan yang sangat mengagumkan. Sulaiman memperhatikan hadiah ratu itu dan berkata:

فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِّمَّا آتَاكُم بَلْ أَنتُم بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ

“Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: ‘Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta?, maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. (QS. an- Naml: 36)

Raja Sulaiman menyingkap – dengan kata-katanya yang singkat itu – penolakannya terhadap hadiah mereka. Ia memberitahu utusan itu bahwa ia tidak menerima hadiah tersebut. Ia tidak merasa puas dengan hadiah itu. karena apa yang diberikan Allah kepada nabi Sulaiman lebih baik dan jauh berlipat dari hadiah yang dibawa utusan. Yang membuatnya puas hanya:

“Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. “

Lalu Sulaiman kembali berkata dengan pelan:

ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُم بِجُنُودٍ لَّا قِبَلَ لَهُم بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُم مِّنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ

“Kembalilah kepada mereka. Sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba’) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina.” (QS. an- Naml: 37)

Sulaiman meninggalkan para utusan ratu itu setelah terlebih dahulu mengancam mereka. Para utusan itu mengharap agar Sulaiman mau menunggu kunjungan ratu Balqis sendiri yang akan membawa misi perdamaian. Akhirnya, sampailah para utusan Balqis ke Saba’ mereka segera menuju istana ratu.

Mereka menceritakan kepada ratu kekuatan Sulaiman, dan tidak mungkin bagi mereka mampu melawannya. Mereka meyakinkan Balqis bahwa ia harus mengunjunginya dan melihat sendiri. Kemudian ratu menyiapkan dirinya untuk pergi menuju kerajaan Sulaiman. Sulaiman duduk di kursi kerajaan di tengah-tengah para pembesarnya dan para menterinya serta para komandan pasukan. Beliau berfikir tentang Balqis. Sulaiman mengetahui bahwa Balqis menuju tempatnya. Balqis dikelilingi rasa takut. Sulaiman berfikir sejenak tentang bagaimana matahari disembah.

Dengan kemajuan yang dimilikinya, Sulaiman ingin membuat kejutan agar ratu mengetahui bahwa Islam yang diyakini oleh Sulaiman adalah satu- satunya yang mampu mendatangkan kemajuan dan kekuatan yang hakiki, sehingga ia dapat membandingkan antara keyakinannya dalam menyembah matahari berserta kemajuan yang dicapainya dan keyakinan Sulaiman juga berserta kemajuan yang diraihnya.

Para penyelidik Sulaiman telah memberitahunya bahwa hal yang sangat disegani dan dikagumi oleh kaum Balqis adalah kerajaan Saba’, yaitu singgasana ratu Balqis.

Singgasana itu terbuat dari emas dan batu mulia, singgasana tersebut dijaga oleh para penjaga yang sangat disiplin di mana mereka tidak pernah lalai sedikit pun. Oleh karena itu, sangat tepat bila Sulaiman menghadirkan singgasana di sini, di kerajaannya sehingga ketika ratu tiba, maka ia dapat duduk di atasnya. Sulaiman ingin membuat kejutan kepadanya dan menunjukkan bahwa kemampuannya tersebut berlandaskan pada keislamannya. Sulaiman melakukan yang demikian itu dengan harapan agar si ratu tunduk kepadanya. Ide ini terlintas dalam diri Sulaiman, lalu ia mengangkat kepalanya dan menoleh kepada anak buahnya:

قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَن يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ

“Berkata Sulaiman: ‘Hai pembesar- pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.'” (QS. an-Naml: 38)

Perhatikanlah ungkapan fikiran Nabi Sulaiman tersebut. Semua pemikirannya berkisar tentang keislamannya para penyembah matahari, tentang bagaimana beliau dapat memberikan petunjuk kepada mereka di jalan Allah swt.

Yang pertama menjawab pertanyaan Sulaiman itu adalah Ifrit dari kalangan jin yang Allah swt telah menundukkan mereka kepada Sulaiman:

قَالَ عِفْرِيتٌ مِّنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن تَقُومَ مِن مَّقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ

“Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: ‘Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.'” (QS. an-Naml: 39)

Sulaiman berdiri dari tempat duduknya setelah satu jam atau dua jam, namun jin itu berjanji kepadanya untuk menghadirkan singgasana Balqis sebelum itu. Istana Sulaiman di Palestina sedangkan istana Balqis terletak di Yaman. Jarak antara singgasana tersebut dan singgasana Sulaiman cukup jauh. Barangkali pesawat yang cepat sekali pun yang kita kenal hari ini tidak akan mampu membawa dan mendatangkan istana itu dalam waktu satu jam. Tetapi masalahnya di sini berhubungan dengan kekuatan jin yang misteri. Sulaiman tidak mengomentari sedikit pun terhadap apa yang dikatakan oleh Ifrit dari kalangan jin. Tampak ia menunggu tanggapan lain yang mampu menghadirkan singgasana Balqis yang lebih cepat dari itu. Sulaiman menoleh kepada seseorang di sana yang duduk di atas naungan:

“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.’, maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata:

قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ قَالَ هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

‘Ini termasuk karunia Rabbku untuk menguji aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat- Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) diriku sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. an-Naml: 40)

Belum lama seseorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab menyatakan kalimatnya sehingga singgasana itu hadir di depan Sulaiman. Ia mampu menghadirkan singgasana itu lebih cepat atau lebih sedikit dari kedipan mata ketika mata itu tertutup dan terbuka. Al-Quran al- Karim tidak menyingkap keperibadian seseorang yang menghadirkan singgasana itu. Al-Quran hanya menggaris bahwa orang itu mempunyai ilmu dari al-Kitab. Al-Quran tidak menjelaskan kepada kita, apakah ia seorang malaikat atau manusia atau jin. Begitu juga Al-Quran al-Karim sepertinya menyembunyikan kitab yang dimaksud di mana darinya orang tersebut mempunyai kemampuan yang luar biasa ini. Al-Quran sengaja tidak menyingkap hakikat kitab yang dimaksud.

Menurut pendapat yang masyhur dia bernama Ashif bin Barkhaya, saudara sepupu Sulaiman. Menurut pendapat lain dia adalah salah seorang jin mukmin yang konon hafal nama Allah yang paling agung. Pendapat lain menyebut salah seorang ulama bani israil. Pendapat lain menyebutkan dia Jibril. Wallahu a’lam

Perhatikanlah tindakan Nabi Sulaiman setelah adanya mukjizat ini. Beliau tidak merasa kagum terhadap kemampuannya yang luar biasa, beliau tidak tercengang dengan kekuatannya, beliau mengembalikan keutamaan tersebut kepada Penguasa para penguasa (Allah swt) dan bersyukur kepada-Nya yang telah mengujinya dengan kekuasaan ini agar ia dapat membuktikan apakah ia bersyukur atau mengingkari. Setelah Sulaiman bersyukur kepada Penciptanya, ia mulai memperhatikan singgasana si ratu. Singgasana tersebut merupakan simbol pembangunan dan kemajuan tetapi tampaknya ia hanya sesuatu yang biasa dibandingkan dengan kekuasaan dan kebesaran ciptaan yang dibikin oleh manusia dan jin di kalangan istana Sulaiman. Sulaiman memikirkan dalam tempo yang lama singgasana Balqis kemudian beliau memerintahkan agar singgasana itu diperbaiki sehingga saat Balqis datang Sulaiman dapat mengujinya, apakah Balqis dapat mengenali singgasananya atau tidak:

قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لَا يَهْتَدُونَ

Dia berkata: ‘Ubahlah baginya singgasananya;, maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya.'” (QS. an-Naml: 41)

Allahu a’lam

Semoga bermanfaat

Hudhud
Burung Hud Hud

Leave a comment